Rabu, 01 Juni 2011

Pop Art .. Seni Post-modernism


Pop art berasal dari kata Popular art. Definisi pop art, aliran seni yang memanfaatkan simbol-simbol dan gaya visual yang berasal dar media massa yang populer seperti koran, tv, iklan dll.

Aliran ini berkembang di Inggris dan Amerika antara tahun 1960-1970.

Karakter Pop Art adalah menggunakan elemen visual: dot/ titik raster yang berasal dari teknik cetak di media massa, kata seru, elemen yang terdapat di komik seperti Balon. biasanya menggunakan model yang berasal dari selebritis seperti Marilyn Monroe. dan tidk seperti seni lainnya, pop art menerima penggandaan baik menggunakan cara manual maupun cara mekanis seperti fotokopi.

Pop art pada dasarnya berasal dari istilah Popular Culture, yaitu sebuah ungkapan untuk menggambarkan sebuah budaya rendah karena lebih berkaitan dengan masalah hiburan, komersial bahkan selera masyarakat awam.

Pop art dalam desain.

Gaya desain ini berlangsung sekitar pertengahan dekade 60 an hingga memasuki tahun 1970. karena pengaruh pop art dalam desain maka terdapat upaya untuk mengangkat kembali unsur-unsur tradisional amerika. seperti teknik pewarnaan datar atau blok dan outline pada komik. sedangkan yang berkaitan dengan sisi tradisional adalah seperti tipe huruf, ornamen tradisional serta mengangkat kembali gaya art deco dan art nouveau, atau sering disebut juga dengan revivalism. Selain itu efek dari budaya pop art, muncul pula kegemaran akan poster sebagai media ekspresi dari gerakan-gerakan protes sosial seperti gerakan pembela hak asasi manusia. gerakan lingkungan hidup, gerakan cinta damai dan gerakan pembela hak wanita. karena media massa dan masyarakat umum mengaitkan media ini dengan nilai-nilai kemapanan, musik rock, obat-obat psychadelic maka gaya poster ini disebut psychadelic art.

Di buku Pop Art (Basic) keluaran Taschen, definisi ini di-debunk dengan mengeluarkan pernyataan pop art yang sebenarnya, yaitu “Mengkomunikasikan keindahan kepada rakyat awam dengan cara-cara yang mudah dimengerti oleh mereka.”
 

Itulah kenapa Campbell’s Soup, Komik, Uang dua dollar, Michael Jackson, dan sebagainya dipakai sebagai subjek. Kenapa begitu saja dipakai tanpa ada sentuhan estetika? Karena kalau kita mau jujur, seperti itulah estetika masyarakat awam. Mereka tidak bicara komposisi warna, gradasi, kontras, legibility, dan sebagainya. Mereka hanya ingin sebuah icon yang mereka sukai hadir di tengah-tengah karya seniman terkenal. Dengan media itulah seniman pop art berusaha berkomunikasi dengan masyarakat.


Kenapa definisi pop art jadi seperti itu? Kita tidak bisa menilai pop art begitu saja dari karya yang ada. Kita harus melihat hubungannya dengan estetika di masa lalu.
Sebelum pop art ada, seni adalah milik eksklusif orang-orang kaya, pintar, media, dan para seniman itu sendiri. Mereka menerjemahkan keindahan sesuai dengan teori-teori ideal mereka yang cenderung filosofis dan njlimet. Lalu lahirlah abstrak ekspresionisme. Seperti namanya, keindahan suatu karya abstrak ekspresionisme tidak bisa dinikmati tanpa kita perlu berpikir dan mencerna. Rakyat kecil dianggap sebagai kelompok yang tidak mengerti apa-apa soal keindahan, jangankan untuk menikmati abstrak ekspresionisme.
Thus, keluarlah pemikiran anti kemapanan. Roy Lichtenstein dan kawan-kawan berusaha mengubah keadaan ini dengan rumusan yang bisa membuat seni dan estetika lebih mudah dipahami.


Apakah memang Pop Art itu karyanya para seniman pemalas dan tidak memperhatikan estetika?


Tidak, justru Andy Warhol adalah figur paling menonjol dari dunia commercial art. Dia tahu persis seperti apa seni yang populer dan tidak populer. Eksekusi seperti apa yang bagus. Teknik seperti apa yang bisa dinikmati orang. Dia tahu itu semua dan bisa bikin ratusan karya “komersial”, tapi bukan untuk itu dia masuk ke dunia pop art.


Saya senang sekarang mulai ramai pernyataan sikap “POST-postmodernism” oleh para seniman dan desainer Indonesia. Menurut saya itu pernyataan yang hebat. Dunia kita sudah terlalu jenuh dengan tetek bengek teori yang dibangun oleh filsuf postmodern, karena itu kita butuh perubahan dalam teori estetika.
Tapi satu yang pasti, tidak akan ada breakthrough kalau kita masih bersikeras memakai teori-teori usang dari puluhan tahun yang lalu.
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar